Sejumlah warga kampung Lampe, Desa Cigondang, Kecamatan Labuan, Pandeglang tengah melakukan pembersihan batu bara yang tercecer di Pantai Pulau Ceria, Rabu, 29/01/2024.(Foto: Istimewa) |
JAGATANTERO.COM, PANDEGLANG| Puluhan warga RW 06, kampung Lampe, Desa Cigondang, kecamatan Labuan, Pandeglang melakukan penyisiran dan pembersihan bongkahan batu bara di area pesisir pantai wilayah mereka.
Ceceran batu bara tersebut diduga dampak dari insiden terbelahnya badan kapal tongkang pengangkut ribuan MT batu bara akibat cuaca buruk di perairan selat sunda dan terdampar tak jauh dari pulau Popole, Kabupaten Pandeglang, bulan lalu. Hingga kini, bangkai kapal tongkang tersebut belum dievakuasi.
Dari pantauan wartawan di lokasi, sejumlah warga yang terdiri dari ketua RW 06, kepala pemuda, tokoh masyarakat, pemuda dan emak-emak warga kampung Lampe tengah membersihkan batubara di sekitaran pantai.
Kegiatan ini dilakukan warga atas kepeduliannya terhadap lingkungan wilayah pesisir pantai, dan mereka menilai saat ini pantai sudah dicemari bongkahan batu bara yang tercecer, akibatnya pantai yang biasa menjadi tempat bermain dan berenang anak-anak kini tak lagi digunakan lantaran berdampak gatal-gatal pada tubuh.
Hal itu dikatakan iwil warga kampung Lampe, ia mengaku geram dengan kondisi pesisir pantai yang kini tercemar dari bongkahan batu bara. Selain itu, kata iwil, warna air laut di sekitaran pantai pun telah berubah kehitaman.
" sangat terganggu pak, karena anak- anak suka main dan berenang disini, badan nya gatal- gatal, selain itu serbuk batubara tampak hitam dalam air. Dan saya tiap hari mungutin batubara yang tercecer, suka dapat 1 karung," kata Iwil di lokasi bongkahan batu bara di pula Ceria, Rabu, (29/1/2025).
" yaa pak sementara ini belum ada yang bertanggung jawab soal ini kepada kami," tambahnya.
Selain iwil, salah seorang tokoh masyarakat yang turut membantu membersihkan batu bara di pantai pulau ceria itu pun mengungkapkan, bahwa ceceran batu bara yang ada di pesisir pantai pulau ceria merupakan imbas dari tumpahan batu bara dari kapal tongkang yang terdampar di sekitaran pulau Popole. Batu bara itu terbawa arus ombak hingga naik pantai.
" kami merasa terganggu, karena tumpahan batu bara banyak berada di pantai kami, bahkan sampai saat ini," ujar Ratim kepada wartawan.
Ratim juga menyayangkan, sejak terjadi insiden tumpahnya batu bara pada bulan lalu di Pulau Popole, hingga saat ini belum ada pihak yang bertanggung jawab atas pencemarannya.
Anehnya lagi, kata Ratim, pihak pemilik batu bara tidak perduli terhadap warga terdampak, khususnya warga kampung Lampe yang lautnya diduga sudah tercemar.
" wilayah pantai kami sudah tercemari, bahkan warga juga banyak yang mengeluhkan, dan kami pikir ini jelas warga yang terdampak pencemaran batu bara,"ungkapnya.
Ratim bersama warga Lampe lainnya menuntut pertanggung jawaban pihak perusahan pemilik batu bara yang hingga kini belum menunjukan itikad baiknya atas pencemaran lingkungan pantai dan perairan di laut Desa Cigondang, kecamatan Labuan, Pandeglang dari tumpahnya batu bara.
" kami ingin mereka secepatnya bertanggung jawab atas hal ini, jika saja keluhan kami tidak ditanggapi maka akan ada aksi demo kepada perusahaan melalui kantor keSyahbandaran UPP Kelas III bila hal ini diabaikan," kata Ratim. (RC/Red)