Selama 30 Tahun, Pria Lansia Sebatangkara Warga Banyubiru Pandeglang Tinggal di Gubug di Tengah Hutan

Sanian (80), pria lansia warga Desa Banyubiru yang tinggal di sebuah gubuk di tengah hutan. (Foto: Istimewa)


JAGATANTERO.COM, PANDEGLANG| Sanian (80), pria lansia warga Desa Banyubiru yang tinggal di sebuah gubuk di tengah hutan dan hidup sebatangkara selama 30 tahun tanpa keluarga, berharap dapat memiliki hunian layak untuk menjalani sisa usianya.

Di tengah rimbunan pohon, di sebuah rumah kecil berdinding anyaman bambu dan beratap terpal yang sudah usang termakan usia, Sanian menjalani aktifitas kesehariannya selama puluhan tahun lamanya, Gubug yang ia tempati merupakan satu-satunya tempat dirinya beristirahat melepas lelah dan untuk berlindung dari panas terik matahari dan hujan.

Di ujung umurnya yang renta dan acap kali sakit-sakitan, Sanian masih melakukan kegiatannya mencari nafkah untuk menghidupi dirinya sendiri, meski harus tertatih melangkah.

Kondisinya sangat memprihatinkan, diusianya yang hampir satu abad, Sanian hanya bisa meratapi keadaan yang kini dirasa kian sulit. Selain masalah ekonomi, ia juga memiliki keluhan sakit pada pinggangnya yang tak kunjung membaik, dan itu salah satu faktor ia tak lagi dapat bekerja seperti sediakala. 

" Sekarang sudah tidak kuat lagi bekerja, pinggangnya sakit, untuk mandi ke kali di bawah sana juga jalannya sudah tidak kuat," keluhnya. 

Jika malam hari, cerita Sanian, gubugnya hanya diterangi satu lampu minyak tanah, tak ada aliran listrik yang tersambung. Dan Terkadang, ia harus menerima keadaan gelap gulita tanpa cahaya ketika bahan bakar untuk penerangan habis terpakai, dan tak mampu kembali membelinya.

Sebelum kondisi kesehatannya menurun, pendapatan keseharian Sanian hanya dari menjual hasil alam yang tumbuh di atas sepetak tanah miliknya, seperti melinjo, kelapa, salak dan lainnya dengan jumlah tak begitu besar.

Lanjut Sanian mengisahkan, sebenarnya dia pernah berumah tangga dan tinggal di luar wilayah Desa Banyubiru, namun semenjak kepergian mendiang istrinya sekira 30 tahun silam, Sanian memutuskan pulang ke Desa asalnya, ia juga tidak kembali menikah dengan wanita lain, meski telah dikaruniai satu anak dari pernikahannya dulu, namun Sanian tetap memilih hidup menyendiri. sedangkan anak semata wayangnya pergi merantau.

" Sudah 30 Tahun disini, dulu sempat punya istri dan 1 orang anak laki-laki yang sekarang sudah dewasa, namun ia tidak tinggal disini " kata Sanian saat di temui di gubugnya di Desa Banyubiru, Kecamatan Labuan , Kabupaten Pandeglang pada Jum'at, (24/1/2024).

Kini hidupnya ditopang dengan bantuan yang diberikan dari Pemerintahan Desa Banyubiru, Sanian mengaku mendapatkan bantuan berupa uang dan juga beras secara rutin setiap bulannya. 

Kendati demikian, Sanian yang merasa sudah tidak mampu lagi merawat dirinya sendiri, terlebih dalam permasalahan kebersihan tubuh dan air bersih. Karena untuk memperoleh air sekedar untuk mandi serta minum dirinya harus berjalan hingga mencapai sungai yang jaraknya cukup jauh. Mengingat diusia senjanya, tubuhnya yang sudah ringkih pun membuat langkah kedua kakinya tak lagi mampu berjalan tegak. 

Sanian berharap diakhir hayatnya ia dapat tinggal di rumah yang layak, tak perlu besar dan bagus, meski hanya sepetak, baginya hal yang terpenting ialah tersedianya air bersih dan  sambungan listrik untuk penerangan.

" Dulu sempat ditawari bantuan program rumah dari Pemerintah, namun saya ga mau. Karena harus ada biaya sendiri," kata Sanian.

Sementara itu, adik kandung Sanian yang berdomisili di satu Desa dengannya, Sukri Gozali mengaku merasa prihatin melihat kondisi saudaranya yang selama puluhan tahun tinggal sendiri di tengah hutan. Sukri yang bekerja buruh harian lepas tidak memiliki penghasilan tetap itu hanya mampu membantu sedikit namun tidak rutin, karena kondisi ekonominya pun tengah terpuruk. 

" Sangat prihatin juga melihat kondisi saudara saya seperti ini. Mau gimana lagi, saya sendiri pun belum mampu sepenuhnya untuk membantunya. Ya, terkadang sesekali menengok kesini," kata Gozali yang kebetulan berada di lokasi.

Terpisah, Sekretaris Desa Banyubiru Akhmad Hasanudin membenarkan, Sanian merupakan warganya dan tinggal sendiri di gubug yang dibangun di tengah hutan. Akhmad pun mengakui adanya pemberian bantuan berupa uang tunai dan beras untuk Sanian setiap bulannya.

" Betul, ia warga kami dan menetap dilokasi tersebut. Namun upaya dan perhatian dari kami telah dilakukan. Beliau sebagai KPM Bantuan Langsung Tunai (BLT) DD, juga sebagai KPM ( Keluarga Penerima Manfaat) Program Ketahanan Pangan. Untuk bantuan RTLH ( Rumah Tidak Layak Huni) juga pernah di usulkan, namun ia menolak menurutnya tidak ada biaya, dan tanah tersebut masih satu blok dengan keluarganya," terangnya.

Akhmad juga mengungkapkan, upaya lain yang saat ini sedang dilakukan Pemerintahan Desa bersama warga setempat yakni tengah mengumpulkan dana secara swadaya untuk membantu merehabilitasi rumah Sanian.

" Selayaknya, para pendamping program baik itu PKH dan lainnya juga para kader di Desa lebih intens untuk hal seperti ini. Menilik kondisi keadaan dan usianya yang telah lansia, wajar kalau ia mendapatkan program PKH lansia. Juga para bidan dan kader Desa juga seharusnya turut peduli, dengan mengecek kondisi kesehatan dari warga lansia tersebut,"ujarnya. (NNG/Red)


Baca Juga

Komentar dengan santun dan bijak

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama