Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. |
JAGATANTERO.COM, JAKARTA| Sejumlah nama calon menteri mulai bermunculan jelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto Gibran Rakabuming Raka pada 20 Oktober mendatang. Salah satunya Bahlil Lahadalia yang disebut-sebut akan kembali duduk di kursi Menteri ESDM.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menyebut bila Bahlil kembali menjabat di kursi yang sama, maka hal ini tak terlepas dari kepentingan memperkaya diri.
"Itu memang salah satu isunya begitu dan dugaan saya seperti itu, artinya penunjukkan Bahlil tak lebih ada kepentingan untuk memperoleh pundi-pundi dari banyaknya izin tambang yang dilegalkan," ucap Trubus melansir Inilah.com, Jumat (11/10/2024).
"Kalau dilegalkan kan berarti ada pemasukan buat negara, jadi kalau selama ini ilegal, tetapi itu kan sesungguhnya tambang-tambang yang izinnya ilegal. Harusnya tidak boleh ditambang, tapi dibolehkan ditambang sehingga (Bahlil) dianggap punya kapasitas untuk itu mungkin, maksudnya seperti itu," kata dia.
Kekhawatiran terhadap Bahlil sejatinya sudah muncul sejak ia ditunjuk jadi Menteri ESDM oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) Agustus lalu. Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago mengkritik penunjukan Bahlil menggantikan Arifin Tasrif.
Ia menilai, pengangkatan Bahlil Lahadia menjadi Menteri ESDM, sangat tak pantas. Selain itu, mempertegas visi Presiden Jokowi kurang mengoptimalkan tata kelola tambang untuk penerimaan negara. Dia melanjutkan, orang yang menyampaikan ke publik ketika kebijakan membagi izin usaha pertambangan (IUP) batu bara untuk ormas-ormas keagamaan, adalah Bahlil ketika masih menjabat Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Bahlil juga tidak pernah mempersoalkan bagi hasil yang sangat besar untuk pengusaha tambang, namun cukup minimalis untuk kas negara yang mewakili kepentingan rakyat.
"Cara pandang Bahlil tentang kekayaan sumber daya alam negeri juga mengandung semangat menghabiskan atau eksploitatif. Ia menggunakan argumen bahwa cadangan batu bara Indonesia masih besar. Padahal, Indonesia tidak termasuk 10 besar negara pemilik cadangan batu bara," beber Andrinof. Dia menilai, Bahlil tutup mata bahwa Indonesia adalah negara yang paling eksploitatif dalam mengambil dan pengekspor batu bara, dan menjadi negara pengekspor batu bara nomor satu di dunia.
"Oleh karena itu, dengan besarnya peran orang seperti Bahlil di dunia pertambangan patut diragukan komitmennya terhadap ekonomi yang berkeadilan dan yang mendahulukan hak rakyat atas sumber daya alam," kata Andrinof. (Red)
Sumber: inilah.com
Tags: Nasional